ANALISIS KESELARASAN BODI CANIAGO PADA KONSEP SYURO DALAM HUKUM ISLAM
Abstract
Keselarasan bodi chaniago merupakan keselarasan di Minangkabau yang mengutamakan konsep musyawarah dan mufakat dengan asas kesetaraan. Sementara itu, didalam Islam juga menggunakan konsep syuro atau musyawarah dalam menyelesaikan satu masalah. Oleh karena itu, penulis akan meneliti bagaimana konsep syuro dalam hukum Islam dengan konsep musyawarah yang digunakan oleh keselarasan bodi chaniago. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan musyawarah yang dilakukan keselarasan bodi chaniago sejalan dengna konsep syuro atau musyawarah didalam hukum Islam. Didalam musyawarah keselarasan bodi chaniago tidak menggunakan sistem vooting dengan jika dilakukan sistem vooting hanya akan menambah permasalahan karena pihak yang banyak tentu akan mengalahkan pihak yang lebih sedikit, dan juga akan menimbulkan rasa tidak senang atau sakit hati. Dengan tidak menggunakan sistem vooting, temtu saja kesepakatan akan lebih mudah diterima dan juga tidak akan menimbulkan rasa tidak senang pihak mana pun, dan juga ini merupakan konsep kesetaraan yang dilakukan keselarasan bodi chaniago.
Downloads
References
Arifin, Indra. “Komposisi Musik Lareh Nan Bunta: Persilangan Lareh Koto Piliang Dan Lareh Bodi Caniago.” Melayu Art and Peformance Journal Vol. 1, No (2018): 189.
Bakry, Kasman. “Konsep Syuro Dalam Al-Qur’an.” NUKHBATUL ‘ULUM 4, No. 1 (2018): 71.
Iqbal, Muhammad. Fiqh Siyasah. Jakarta: Prenada Media, 2014.
Karim, Khalil Abdul. Syari’ah Sejarah Perkelahian Dan Pemaknaan. Yogyakarta: LKIS, 2003.
Muttaqin, Ja’far. “Syuro Atau Musyawarah Dalam Perspektif Al-Qur’an.” Jurnal Keislaman Dan Pendidikan 1, No. 3 (2020): 58.
Omar, Rahilah. “Negeri Sembilan: Rantau Minangkabau Di Semenanjung Tanah Melayu.” Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. IX, N (2008): 3–4.
Sukardja, Ahmad. Hukum Tata Negara Dan Hukum Administrasi Negara Dalam Persfektif Fiqih Siyasah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Tiara, Inoki Ulma. “Kelarasan Bodi Caniago Ajaran Datuak Parpatiah Nan Sabatang.” Jurnal Empirika 7, No. 1 (2022): 57–49.